Plt Kadisdik Bengkalis: Penerimaan Siswa Baru SD Dan SMP Gunakan Sistem Zonasi
BENGKALIS, DISDIK - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Bengkalis Edi Sakura membenarkan penerimaan siswa baru pada tahun ini menggunakan sistem zonasi. Dimana setiap sekolah mendahulukan warga sekitar mereka untuk diterima lebih dahulu saat pendaftaran siswa baru mendatang.
"Memang tahun ini penerimaan siswa dengan sistem zonasi, dimana prioritas penerimaan siswa diutamakan warga sekitar. Tapi meskipun demikian masih ada peluang anak dari luar zonasi bisa di terima di sekolah tersebut," kata Edi seperti dikutip dari laman RRI Bengkalis, Senin 2 Juli 2018.
Untuk siswa baru yang bisa masuk tanpa melalui zonasi tersebut merupakan siswa yang berprestasi. Setiap sekolah menyediakan sekitar sepuluh persen kursi untuk siswa di luar zonasi sekolah.
Menurut Edi Sakura, dalam sistem zonasi ini akan dibatasi dengan daya tampung sekolah. Jika nantinya setelah pendaftaran dibuka, ternyata sekolah dengan zonasi siswa terdekat sudah penuh dan siswa tersebut tidak bisa diterima, maka siswa baru tersebut harus mendaftarkan diri ke UPT Pendidikan di kecamatan.
"Nanti Korwil penerimaan siswa baru ini yang akan menentukan sekolah mana yang akan ditempatkan kepada siswa tersebut. Dengan ketentuan orangtua siswa tidak bisa memilih sekolahnya hanya Korwil yang menentukan," terang Edi Sakura.
Menurut dia, dalam penunjukan sekolah oleh pihak Korwil ini akan diusahakan sekolah yang terdekat juga dari tempat tinggal siswa juga. Sehingga siswa juga tidak kesulitan untuk berangkat ke sekolah tersebut.
Menurut Edi Sakura, pihaknya memprediksi hal seperti ini kemungkinan terjadi di kecamatan Mandau. "Kemungkinan ini terjadi di Mandau. Karena kalau dilihat dari jumlah penduduk yang cukup padat. Tapi jumlah sekolah masih minim, " kata dia.
Namun sejauh ini, pihaknya meyakini penerimaan tahun ini tidak ada permasalahan. Karena dari hasil pendataan kepala sekolah yang ada kondisi sekolah dan jumlah siswa baru masih sesuai.
"Namun yang kita takutkan nantinya adanya orangtua siswa yang memaksakan diri anaknya untuk bisa masuk sekolah yang dianggap favorit meskipun jauh dari tempat tinggalnya. Padahal untuk saat ini tidak ada lagi istilah sekolah favorit, "pungkasnya.