Selasa, 27 November 2018
16:08:46 Wib
Dibaca : 2928 Kali
GURU, SULUH DI SETIAP KELUH (Puisi Musa Ismail)
GURU, SULUH DI SETIAP KELUH (Puisi Musa Ismail)
GURU, SULUH DI SETIAP KELUH
Puisi Musa Ismail
Siapakah guru?
Jiwa raga merunduk karena ilmu
Tingkah-polahnya selalu ditiru
Jika ditanya tak pernah jemu
Mendidik siswa tak terburu-buru
adalah sawah taburan benih, subur
lahirlah para gubernur gubernur
rasa hormat
penuh bakti, sadar diri
tersebab guru, mereka terbang tinggi
adalah matahari,
ketika pagi merekah
wajah-wajah ceria menanti
bersama mentari
para bupati terlahir berseri
Kalau melangkah tidak menyalah
Jika berbicara yang berfaedah
Gerak-geriknya selalu indah
Tidak mengutamakan amarah
Hidup penuh ikhlas juga amanah
adalah pelita di remang malam
dari seragam sekolah hingga safari berdasi
duduk tenang di kursi-kursi
di perusahaan dan di dewan-dewan
pahlawan berjasa itu tersenyum berseri
telah berhasil menyemai mimpi
Terkenal cerdik bukannya licik
Tekun mendidik bukannya menghardik
Mendidik membaca seluas angkasa
Mendidik menghitung bintang-bintang
Mendidik menulis kebesaran Tuhan
Tidak pernah membatasi kesabaran
BUKAN ibarat diktator
tapi, profesor-profesor jadi tersohor
dari hati guru yang tidak ketor
ibarat gunung, kokoh pandangan
disini dosen dan ilmuan berpaut
adalah rembulan menghapus kelam
menyulam cahaya bijak bersajak
pengobat duka pelipur lara
mencipta dokter penghilang perih
Ibarat penyelamat kehidupan rakyat
Tempat para bidan, juga perawat
Tak kenal lelah dan juga letih
Mendidik anak, selalulah gigih
Penuh sayang, penuh kasih
Supaya kelak tidak tersisih
ibarat embun penyejuk hati
berlaksa jaksa pengadil negeri
membela dengan sepenuh diri
tidak menimbang untung-rugi
Seperti hujan di musim kemarau
mengalirkan bankir dari desa terpencil
menempatkan hakim dari keyakinan hukum
adalah air yang terus mengalir
laksana peluru tidak mengguru
polisi dan tentara bersemangat baja
karena pernah ditempa
kini berdiri dengan gagah
ibarat mesin penghitung, pemberi kepastian
mengukur dan menghitung keuangan
melahirkan akuntan
Sebagai sagang yang nak tumbang
Sebagai peneraju yang nak maju
Sebagai penyemangat yang kurang semangat
Sebagai penggesa yang punya resa
adalah kandil di malam buta
bersepeda tua bukanlah halangan
berkendaraan mewah bukan kemegahan
dedikasi tinggi merecup subur
dibalik gedung-gedung, meneroka insinyur
seperti ladang-ladang dan kebun-kebun
Dari sanalah, bertunas arsitek, mekanik, atlet
desainer, wartawan, juga ulama
ibarat payung tempat berlindung
tempat bernaung camat, rakyat
meluncur dari jemari agung
ibarat suluh selalu menyuluh
sentiasa berpeluh menyeka keluh
memberi cahaya dengan ikhlas
agar terlahir pewaris yang cerdas
GURU
Bukan penghalang anak yang nak terbang
Bukan menjadi batu yang nak maju
Bukan seperti ngengat yang mengerat
Bukan pula penguasa yang tak berasa
kini kita menjadi orang
layakkah sombong
patutkah lupa
wajarkah zalim
haruskah mencerca
”SELAMAT HARI JADI GURU.
SEMOGA TERUS KREATIF MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA!”
GURU, SULUH DI SETIAP KELUH
Puisi Musa Ismail
Siapakah guru?
Jiwa raga merunduk karena ilmu
Tingkah-polahnya selalu ditiru
Jika ditanya tak pernah jemu
Mendidik siswa tak terburu-buru
adalah sawah taburan benih, subur
lahirlah para gubernur gubernur
rasa hormat
penuh bakti, sadar diri
tersebab guru, mereka terbang tinggi
adalah matahari,
ketika pagi merekah
wajah-wajah ceria menanti
bersama mentari
para bupati terlahir berseri
Kalau melangkah tidak menyalah
Jika berbicara yang berfaedah
Gerak-geriknya selalu indah
Tidak mengutamakan amarah
Hidup penuh ikhlas juga amanah
adalah pelita di remang malam
dari seragam sekolah hingga safari berdasi
duduk tenang di kursi-kursi
di perusahaan dan di dewan-dewan
pahlawan berjasa itu tersenyum berseri
telah berhasil menyemai mimpi
Terkenal cerdik bukannya licik
Tekun mendidik bukannya menghardik
Mendidik membaca seluas angkasa
Mendidik menghitung bintang-bintang
Mendidik menulis kebesaran Tuhan
Tidak pernah membatasi kesabaran
BUKAN ibarat diktator
tapi, profesor-profesor jadi tersohor
dari hati guru yang tidak ketor
ibarat gunung, kokoh pandangan
disini dosen dan ilmuan berpaut
adalah rembulan menghapus kelam
menyulam cahaya bijak bersajak
pengobat duka pelipur lara
mencipta dokter penghilang perih
Ibarat penyelamat kehidupan rakyat
Tempat para bidan, juga perawat
Tak kenal lelah dan juga letih
Mendidik anak, selalulah gigih
Penuh sayang, penuh kasih
Supaya kelak tidak tersisih
ibarat embun penyejuk hati
berlaksa jaksa pengadil negeri
membela dengan sepenuh diri
tidak menimbang untung-rugi
Seperti hujan di musim kemarau
mengalirkan bankir dari desa terpencil
menempatkan hakim dari keyakinan hukum
adalah air yang terus mengalir
laksana peluru tidak mengguru
polisi dan tentara bersemangat baja
karena pernah ditempa
kini berdiri dengan gagah
ibarat mesin penghitung, pemberi kepastian
mengukur dan menghitung keuangan
melahirkan akuntan
Sebagai sagang yang nak tumbang
Sebagai peneraju yang nak maju
Sebagai penyemangat yang kurang semangat
Sebagai penggesa yang punya resa
adalah kandil di malam buta
bersepeda tua bukanlah halangan
berkendaraan mewah bukan kemegahan
dedikasi tinggi merecup subur
dibalik gedung-gedung, meneroka insinyur
seperti ladang-ladang dan kebun-kebun
Dari sanalah, bertunas arsitek, mekanik, atlet
desainer, wartawan, juga ulama
ibarat payung tempat berlindung
tempat bernaung camat, rakyat
meluncur dari jemari agung
ibarat suluh selalu menyuluh
sentiasa berpeluh menyeka keluh
memberi cahaya dengan ikhlas
agar terlahir pewaris yang cerdas
GURU
Bukan penghalang anak yang nak terbang
Bukan menjadi batu yang nak maju
Bukan seperti ngengat yang mengerat
Bukan pula penguasa yang tak berasa
kini kita menjadi orang
layakkah sombong
patutkah lupa
wajarkah zalim
haruskah mencerca
”SELAMAT HARI JADI GURU.
SEMOGA TERUS KREATIF MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA!”
Tulis Komentar