Kamis, 22 November 2018
12:12:16 Wib
Dibaca : 30119 Kali
MENJADI GURU IDEAL DAN INOVATIF
MENJADI GURU IDEAL DAN INOVATIF
(Oleh: Suseno)*
Menjadi guru yang ideal dan inovatif adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar dan dielakkan lagi. Masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kader-kader muda bangsa. Sedangkan penanggung jawab utama masa depan kader-kader muda tersebut salah satunya berada di pundak guru, karena gurulah yang langsung berinteraksi dengan peserta didik dalam membentuk kepribadian, memberikan pemahaman, menerangkan imajinasi dan cita-cita, membangkitkan semangat, dan menggerakkan kekuatan dan potensi dahsyat dari peserta didik.
Dari gurulah peserta didik membayangkan masa depannya, mencanangkan sebuah impian hidupnya, dan melihat jauh ke angkasa, terbang setinggi langit laksana anak panah yang lepas dari busurnya. Jika busurnya (dalam hal ini guru) mempunyai kekuatan besar dan visi yang jauh ke depan, maka anak panah (peserta didik) akan melesat jauh ke depan. Namun jika busurnya lemah dan tidak visioner, maka anak panah hanya melesat lemah, bahkan gagal melesat karena hilangnya kekuatan. Disinilah seorang guru dituntut menjadi busur yang kuat, dinamis, visioner, dan powerful sehingga mampu melesatkan potensi dan cita-cita peserta didik tinggi jauh ke angkasa, menjadi orang yang mampu memberikan manfaat penuh bagi kemajuan dunia.
Ketika guru yang hadir adalah mereka yang energik, interested, berwawasan luas, humoris, dan mampu menguasai kelas, maka kedatangan guru tersebut sangat dinanti peserta didiknya, karena yang keluar darinya adalah mutiara-mutiara emas yang sulit untuk diulang untuk kedua kalinya. Ia bagaikan lampu yang menyinari kegelapan, matahari yang memberikan secercah harapan, bintang yang menunjukkan impian, dan bulan purnama yang menyirami kedamaian, keindahan, dan ketenangan batin. Sebaliknya ketika guru yang masuk adalah mereka yang tidak bisa mengemas pelajaran menjadi menu yang menarik dan selalu membuat siswanya terbebani, maka kehadirannya dibenci oleh para siswa yang diekspresikan dengan banyak hal yang tidak baik, misalnya tidak memperhatikan keterangan guru, mengantuk, tidur, mengobrol dengan temannya, membuat keributan, bahkan keluar kelas.
Untuk itu agar menjadi guru ideal dan inovatif yang mampu melesatkan anak panah dengan kekuatan penuh ke angkasa, maka ada sepuluh cara yang bisa menjadi renungan bersama yaitu:
1. Menguasai Materi Pelajaran secara Mendalam
Menguasai materi pelajaran adalah syarat utama menjadi guru yang ideal dan inovatif. Dengan menguasai materi, kepercayaan diri akan terbangun dengan baik, tidak ada rasa was-was, dan bimbang terhadap pertanyaan peserta didik. Ketenangan bisa diraih dan kepuasan peserta didik bisa didapatkan. Guru yang ideal dan inovatif adalah guru yang mengajar materi pelajaran yang menjadi bidang, bakat, dan spesialisasinya.
2. Mempunyai Wawasan Luas
Perubahan-perubahan yang terjadi setiap saat akibat revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi berjalan dalam hitungan detik. Apa yang terjadi di Amerika Serikat, Australia, Mesir, Lybia, Jepang, dan belahan planet bumi lainnya dapat diketahui pula dalam hitungan detik melalui berbagai media, seperti televisi dan internet.
Sudah seharusnya seorang guru mengikuti informasi-informasi ini, sehingga cakrawala dan pola pemikirannya menjadi luas, mendunia, dan up to date. Siswa akan bangga mempunyai guru yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, cakrawala dan pola pemikiran yang mumpuni, dan hal-hal baru yang selalu fresh. Selalu ada hal-hal baru yang disampaikan seorang guru akan menjadi salah satu daya tarik siswa yang bisa menggugah semangatnya mengikuti pelajaran guru bersangkutan.
3. Komunikatif
Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi muridnya lebih diterima peserta didiknya dari pada guru yang egois, yang datang hanya untuk menerangkan pelajaran, setelah itu pulang. Ia tidak mau peduli persoalan anak didiknya. Yang penting ia datang mengajar sampai batas ditentukan, kemudian pulang.
Disinilah pentingnya guru berkomunikasi dengan peserta didiknya, menyapa peserta didik, menanyakan bagaimana kondisinya, capek, lemas, atau tetap semangat. Ketika guru bertanya kepada peserta didik, maka peserta didik akan merasa diperhatikan, sehingga guru dianggap bagian darinya.
4. Dialogis
Pada prinsipnya tugas guru tidak hanya mengajar, tapi juga menggali potensi terbesar peserta didiknya. Tugas ini sulit terlaksana kalau dalam mengajar, seorang guru hanya mengandalkan metode ceramah, tanpa ada ruang tanya jawab. Pikiran murid tidak berkembang, dan semangat mengembangkan materi menjadi lemah. Disinilah pentingnya tanya jawab interaktif yang melibatkan dua atau tiga arah, misalnya murid bertanya, kemudian ditanggapi oleh siswa lainnya dan terakhir guru menanggapi kembali.
5. Menggabungkan Teori dan Praktik
Peserta didik akan mudah jenuh kalau hanya dijejali dengan teori tanpa ada praktik. Praktik sangat diperlukan sebagai media menurunkan, mengendapkan, dan melekatkan pemahaman materi pada otak peserta didik. Praktik bisa berupa turun langsung ke lapangan atau sekadar ke laboratorium.
Dengan praktik, ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan pesat. Peserta didik pun terlatih untuk menerapkan ilmu yang dipelajarinya. Dari sinilah peserta didik akan mengevaluasi pemahamannya terhadap materi yang diajarkan. Hal ini akan mendorongnya untuk mendengarkan dan berusaha memahami keterangan gurunya. Ia akan bertanya kalau belum memahami materi yang disampaikan gurunya, sehingga ketika praktik ia tidak ketinggalan dengan teman-temannya yang sudah bisa.
6. Bertahap
Belajar ilmu yang baik adalah setahap demi setahap, dari satu dua dan seterusnya. Materi yang disampaikan harus berurutan, tidak meloncat-loncat. Ketika mengajar seorang guru harus arif dan bijaksana. Jangan memberikan semua pengalaman dan ilmu kepada peserta didik dalam satu kesempatan. Berilah sedikit demi sedikit agar peserta didik bisa menerimanya dengan baik.
7. Mempunyai Variasi Pendekatan
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mempelajari banyak pendekatan pengajaran. Dengan menguasai pendekatan pengajaran yang banyak, proses belajar dan mengajar dapat berjalan secara variatif, tidak monoton dan selalu segar.
8. Tidak Memalingkan Materi Pelajaran
Dalam mengajar seorang guru harus berkonsentrasi penuh pada satu arah, satu target, dan satu tujuan yang dicanangkan, sehingga hasilnya bisa maksimal. Misalnya dalam materi Matematika tentang gradien, ia harus bicara tentang gradien dan hal-hal lain yang sifatnya menunjang. Jangan sampai diajak berbicara jauh tentang politik yang justru menghabiskan waktu mengajar karena mengikuti selera dan kepentingan guru. Oleh sebab itu seorang guru harus membuat silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), target pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
9. Tidak Terlalu Menekan dan Memaksa
Seorang guru harus berusaha untuk mengajar secara alami, tidak terlalu menekan dan memaksa peserta didik. Kalau memaksa dan menekan murid, efeknya tidak positif bagi perkembangan psikologinya. Guru harus bisa menyelami psikologi peserta didik, memberikan materi secara mengalir sesuai falsafah air yang mengalir secara pelan, mampu menerobos hal-hal sulit dan merobohkan hal-hal besar dengan ketekunan, kerajinan, dan kesungguhan.
Jika peserta didik diberi target terlalu tinggi, kemudian melakukan penekanan bahkan pemaksaan di luar batas kemampuan mereka, maka kegiatan belajar mengajar tidak berjalan secara menyenangkan.
10. Memiliki Selera Humor
Salah satu ciri guru ideal dan inovatif adalah berwatak dinamis, kompetitif, tapi juga memiliki selera humor. Di tengah kepenatan pikiran, keletihan fisik, dan kebosanan berpikir sifat humor dari guru sangat diperlukan. Dengan selera humor yang tinggi, seorang guru bisa memecah suasana yang menjenuhkan, menghilangkan kepenatan, dan meyegarkan pikiran peserta didik. Dalam humor ini guru tidak boleh berlebih-lebihan, apalagi sampai mengganggu konsentrasi lingkungan belajar di sekitarnya.
Sepuluh indikator guru ideal dan inovatif di atas sangat penting dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka mempersiapkan peserta didik yang siap bersaing dalam kompetisi terbuka di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sekarang dan yang akan datang.
*Guru MTs Negeri 1 Bengkalis
MENJADI GURU IDEAL DAN INOVATIF
(Oleh: Suseno)*
Menjadi guru yang ideal dan inovatif adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar dan dielakkan lagi. Masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kader-kader muda bangsa. Sedangkan penanggung jawab utama masa depan kader-kader muda tersebut salah satunya berada di pundak guru, karena gurulah yang langsung berinteraksi dengan peserta didik dalam membentuk kepribadian, memberikan pemahaman, menerangkan imajinasi dan cita-cita, membangkitkan semangat, dan menggerakkan kekuatan dan potensi dahsyat dari peserta didik.
Dari gurulah peserta didik membayangkan masa depannya, mencanangkan sebuah impian hidupnya, dan melihat jauh ke angkasa, terbang setinggi langit laksana anak panah yang lepas dari busurnya. Jika busurnya (dalam hal ini guru) mempunyai kekuatan besar dan visi yang jauh ke depan, maka anak panah (peserta didik) akan melesat jauh ke depan. Namun jika busurnya lemah dan tidak visioner, maka anak panah hanya melesat lemah, bahkan gagal melesat karena hilangnya kekuatan. Disinilah seorang guru dituntut menjadi busur yang kuat, dinamis, visioner, dan powerful sehingga mampu melesatkan potensi dan cita-cita peserta didik tinggi jauh ke angkasa, menjadi orang yang mampu memberikan manfaat penuh bagi kemajuan dunia.
Ketika guru yang hadir adalah mereka yang energik, interested, berwawasan luas, humoris, dan mampu menguasai kelas, maka kedatangan guru tersebut sangat dinanti peserta didiknya, karena yang keluar darinya adalah mutiara-mutiara emas yang sulit untuk diulang untuk kedua kalinya. Ia bagaikan lampu yang menyinari kegelapan, matahari yang memberikan secercah harapan, bintang yang menunjukkan impian, dan bulan purnama yang menyirami kedamaian, keindahan, dan ketenangan batin. Sebaliknya ketika guru yang masuk adalah mereka yang tidak bisa mengemas pelajaran menjadi menu yang menarik dan selalu membuat siswanya terbebani, maka kehadirannya dibenci oleh para siswa yang diekspresikan dengan banyak hal yang tidak baik, misalnya tidak memperhatikan keterangan guru, mengantuk, tidur, mengobrol dengan temannya, membuat keributan, bahkan keluar kelas.
Untuk itu agar menjadi guru ideal dan inovatif yang mampu melesatkan anak panah dengan kekuatan penuh ke angkasa, maka ada sepuluh cara yang bisa menjadi renungan bersama yaitu:
1. Menguasai Materi Pelajaran secara Mendalam
Menguasai materi pelajaran adalah syarat utama menjadi guru yang ideal dan inovatif. Dengan menguasai materi, kepercayaan diri akan terbangun dengan baik, tidak ada rasa was-was, dan bimbang terhadap pertanyaan peserta didik. Ketenangan bisa diraih dan kepuasan peserta didik bisa didapatkan. Guru yang ideal dan inovatif adalah guru yang mengajar materi pelajaran yang menjadi bidang, bakat, dan spesialisasinya.
2. Mempunyai Wawasan Luas
Perubahan-perubahan yang terjadi setiap saat akibat revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi berjalan dalam hitungan detik. Apa yang terjadi di Amerika Serikat, Australia, Mesir, Lybia, Jepang, dan belahan planet bumi lainnya dapat diketahui pula dalam hitungan detik melalui berbagai media, seperti televisi dan internet.
Sudah seharusnya seorang guru mengikuti informasi-informasi ini, sehingga cakrawala dan pola pemikirannya menjadi luas, mendunia, dan up to date. Siswa akan bangga mempunyai guru yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, cakrawala dan pola pemikiran yang mumpuni, dan hal-hal baru yang selalu fresh. Selalu ada hal-hal baru yang disampaikan seorang guru akan menjadi salah satu daya tarik siswa yang bisa menggugah semangatnya mengikuti pelajaran guru bersangkutan.
3. Komunikatif
Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi muridnya lebih diterima peserta didiknya dari pada guru yang egois, yang datang hanya untuk menerangkan pelajaran, setelah itu pulang. Ia tidak mau peduli persoalan anak didiknya. Yang penting ia datang mengajar sampai batas ditentukan, kemudian pulang.
Disinilah pentingnya guru berkomunikasi dengan peserta didiknya, menyapa peserta didik, menanyakan bagaimana kondisinya, capek, lemas, atau tetap semangat. Ketika guru bertanya kepada peserta didik, maka peserta didik akan merasa diperhatikan, sehingga guru dianggap bagian darinya.
4. Dialogis
Pada prinsipnya tugas guru tidak hanya mengajar, tapi juga menggali potensi terbesar peserta didiknya. Tugas ini sulit terlaksana kalau dalam mengajar, seorang guru hanya mengandalkan metode ceramah, tanpa ada ruang tanya jawab. Pikiran murid tidak berkembang, dan semangat mengembangkan materi menjadi lemah. Disinilah pentingnya tanya jawab interaktif yang melibatkan dua atau tiga arah, misalnya murid bertanya, kemudian ditanggapi oleh siswa lainnya dan terakhir guru menanggapi kembali.
5. Menggabungkan Teori dan Praktik
Peserta didik akan mudah jenuh kalau hanya dijejali dengan teori tanpa ada praktik. Praktik sangat diperlukan sebagai media menurunkan, mengendapkan, dan melekatkan pemahaman materi pada otak peserta didik. Praktik bisa berupa turun langsung ke lapangan atau sekadar ke laboratorium.
Dengan praktik, ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan pesat. Peserta didik pun terlatih untuk menerapkan ilmu yang dipelajarinya. Dari sinilah peserta didik akan mengevaluasi pemahamannya terhadap materi yang diajarkan. Hal ini akan mendorongnya untuk mendengarkan dan berusaha memahami keterangan gurunya. Ia akan bertanya kalau belum memahami materi yang disampaikan gurunya, sehingga ketika praktik ia tidak ketinggalan dengan teman-temannya yang sudah bisa.
6. Bertahap
Belajar ilmu yang baik adalah setahap demi setahap, dari satu dua dan seterusnya. Materi yang disampaikan harus berurutan, tidak meloncat-loncat. Ketika mengajar seorang guru harus arif dan bijaksana. Jangan memberikan semua pengalaman dan ilmu kepada peserta didik dalam satu kesempatan. Berilah sedikit demi sedikit agar peserta didik bisa menerimanya dengan baik.
7. Mempunyai Variasi Pendekatan
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mempelajari banyak pendekatan pengajaran. Dengan menguasai pendekatan pengajaran yang banyak, proses belajar dan mengajar dapat berjalan secara variatif, tidak monoton dan selalu segar.
8. Tidak Memalingkan Materi Pelajaran
Dalam mengajar seorang guru harus berkonsentrasi penuh pada satu arah, satu target, dan satu tujuan yang dicanangkan, sehingga hasilnya bisa maksimal. Misalnya dalam materi Matematika tentang gradien, ia harus bicara tentang gradien dan hal-hal lain yang sifatnya menunjang. Jangan sampai diajak berbicara jauh tentang politik yang justru menghabiskan waktu mengajar karena mengikuti selera dan kepentingan guru. Oleh sebab itu seorang guru harus membuat silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), target pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
9. Tidak Terlalu Menekan dan Memaksa
Seorang guru harus berusaha untuk mengajar secara alami, tidak terlalu menekan dan memaksa peserta didik. Kalau memaksa dan menekan murid, efeknya tidak positif bagi perkembangan psikologinya. Guru harus bisa menyelami psikologi peserta didik, memberikan materi secara mengalir sesuai falsafah air yang mengalir secara pelan, mampu menerobos hal-hal sulit dan merobohkan hal-hal besar dengan ketekunan, kerajinan, dan kesungguhan.
Jika peserta didik diberi target terlalu tinggi, kemudian melakukan penekanan bahkan pemaksaan di luar batas kemampuan mereka, maka kegiatan belajar mengajar tidak berjalan secara menyenangkan.
10. Memiliki Selera Humor
Salah satu ciri guru ideal dan inovatif adalah berwatak dinamis, kompetitif, tapi juga memiliki selera humor. Di tengah kepenatan pikiran, keletihan fisik, dan kebosanan berpikir sifat humor dari guru sangat diperlukan. Dengan selera humor yang tinggi, seorang guru bisa memecah suasana yang menjenuhkan, menghilangkan kepenatan, dan meyegarkan pikiran peserta didik. Dalam humor ini guru tidak boleh berlebih-lebihan, apalagi sampai mengganggu konsentrasi lingkungan belajar di sekitarnya.
Sepuluh indikator guru ideal dan inovatif di atas sangat penting dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka mempersiapkan peserta didik yang siap bersaing dalam kompetisi terbuka di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sekarang dan yang akan datang.
*Guru MTs Negeri 1 Bengkalis
Tulis Komentar