Rabu, 22 November 2017
11:45:22 Wib
Dibaca : 6187 Kali
Bercermin ke Finlandia oleh : MUSA ISMAIL, M.Pd
BERCERMIN KE FINLANDIA
Bercermin ke Finlandia
Oleh Musa Ismail
Seperti halnya suksesi kepemimpinan, pendidikan di suatu negara juga sering menjadi buah bibir. Persoalan pendidikan yang sering menjadi buah bibir berkaitan dengan mutu (kualitas): bermutu atau tidak bermutu, tinggi atau rendah, berkompetensi atau tidak, dan berdaya saing atau tidak. Sistem pendidikan negara kita telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan sistem pendidikan kita pun sangat berkaitan dengan siapa pembuat kebijakan. Sistem pendidikan suatu negara akan berdampak pada kualitas wajah pendidikannya. Pada kesempatan ini, mari kita belajar dari Finlandia.
Saat ini, dunia pendidikan Finlandia menjadi buah bibir dunia. Finlandia menjadi negara terbaik di dunia dalam memanajemen dunia pendidikannya. Negara kecil ini memegang rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di dunia dalam hal membaca, matematika, dan sains. Kenyataan itulah yang tercatat dalam tes PISA (Programme for International Student Assessment). PISA adalah asesmen terstandarisasi secara internasional yang dikembangkan bersama dengan keterlibatan ekonomi dan diperuntukkan untuk siswa sekolah usia 15 tahun. Akhirnya, semua mengakui sistem pendidikan Finlandia merupakan sistem terbaik karena kebijakan-kebijakan pendidikan konsisten selama lebih dari 40 tahun walaupun pembuat kebijakan terjadi pergantian.
Situs Wikipidia menjelaskan, pendidikan di Finlandia dikenal sebagai sistem pendidikan terbaik di seluruh dunia. Sejak hasil ujian internasional Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) keluar pada tahun 2000, Finlandia mendapat perhatian khusus dari seluruh dunia. Remaja Finlandia berhasil menempati peringkat pertama bersama dengan Korea Selatan dan Jepang. Pada hasil tersebut, Finlandia menempati peringkat pertama di Literasi Membaca, keempat di Matematika, dan ketiga di Ilmu Alam. Pendidikan berkualitas tersebut bergantung banyak pada kualitas jajaran pendidiknya yang diberikan kebebasan penuh dalam meramu kurikulum dan menentukan metode dan materi belajar-mengajar. Keberhasilan tersebut telah menarik sekitar 100 delegasidari 40-45 negara di seluruh dunia untuk mengunjungi Kementerian Pendidikan Finlandia pada masa 2005-2011 dan mempelajari kunci sukses sistem pendidikan disana. Finlandia juga telah melakukan ekspor sistem pendidikannya ke negara-negara lain. Sistem pendidikan di Finlandia tidak memberlakukan pemeringkatan institusi pendidikan dan merupakan sistem inklusifdimana semua siswa dianggap setara dalam haknya untuk mendapatkan pendidikan. Karenanya, tidak ada pembagian kelas menurut kompetensi akademis maupun bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Tahun pelajaran sekolah dimulai pada bulan Agustus dan berakhir di bulan Juni dengan total 190 hari sekolah. Murid bersekolah lima hari dalam seminggu dengan jumlah pelajaran berkisar antara 19-30 per minggunya, tergantung dari tingkat pembelajaran serta jumlah kelas pilihan yang diambil.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak semudah membalikkan badan atau menoleh ke samping. Finlandia bukanlah negara yang langsung jadi dalam membangun dunia pendidikannya. Dengan berbagai upaya, Finlandia akhirnya menemukan konsep implementasi super untuk rakyat dan negaranya. Apa konsep tersebut sehingga dunia pendidikan negara ini patut menjadi bahan ibrah bagi kita? Mari kita cermati konsep tersebut!
[1] Setiap keluarga diberikan paket ibu (maternity package) yang berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah, dan bayi. Alasannya, PAUD adalah tahap belajar pertama dan paling kritis dalam belajar sepanjang hayat. Sebesar 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85% pertumbuhan otak berkembang sebelum anak masuk SD (7 tahun).
[2] Mendorong kegemaran membaca aktif. Dalam hal ini, Finlandia menerbitkan lebih banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia.
[3] Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode, dan buku teks.
[4] Pembelajaran di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki.
[5] Belajar aktif diterapkan guru yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari sepuluh lulusan terbaik dari universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur.
[6] Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanya untuk ujian masuk (matriculation examination) perguruan tinggi.
[7] Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana untuk sekolah negeri.
[8] Memberikan hak kemandirian kepada guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
Salah satunya dimana setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia kuasai.
[9] Finlandia juga tidak menerapkan ujian semester apalagi ujian nasional.
Evaluasi belajar secara nasional dilakukan tanpa ada intervensi pemerintah.
10] Sekolah tidak membebani siswa untuk hal-hal yang kurang bermutu atau mengurangi kreativitas seorang anak setelah meninggalkan rumah sekolah. Tugas (PR), les tambahan, dan bimbingan belajar tidak diprogramkan untuk siswanya.
[11] Anak harus berusia 7 tahun untuk bersekolah.
[12] Tidak ada kelas-kelas atau sekolah unggulan sehingga terjadi penyamarataan.
[13] Lebih fokus pada pengembangan sekolah menengah kejuruan.
[14] Durasi istirahat siswa SD sebanyak 75 menit per hati di sekolah.
[15] Guru hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam kelas dan mengambil 2 jam seminggu untuk pengembangan profesional.
Apa yang dilakukan Finlandia terhadap pendidikan rakyatnya merupakan konsep sederhana. Konsep-konsep tersebut bukanlah sesuatu yang istimewa. Inti dari konsep pendidikannya, yaitu mengurangi intervensi dan pemberian beban, baik kepada guru maupun siswanya. Selain itu, sistem manajemen sekolah pun menjadi perhatian terpenting dalam kemajuan pendidikan. Konsep-konsep pendidikan seperti ini, meskipun sederhana, tetapi akan menjadi sangat ampuh jika dilaksanakan secara konsisten. Konsistensi inilah yang menjadikan Finlandia sebagai negara yang disegani dalam sistem pendidikannya. Semoga menjadi ibrah untuk kita (diramu dari berbagai sumber).***
*) Musa Ismail adalah sastrawan, penulis, dosen STAIN Bengkalis, dan ASN di Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis. Setakad ini karyanya antara buku kumpulan cerpen Sebuah Kesaksian (2002), buku esai budaya-sastra Membela Marwah Melayu (2007), novel Tangisan Batang Pudu (2008), buku kumpulan cerpen Tuan Presiden, Keranda, dan Kapal Sabut (2009), buku kumpulan cerpen Hikayat Kampung Asap (2010), novel Lautan Rindu (2010), buku kumpulan cerpen Surga yang Terkunci (2015). Dia juga peraih Anugerah Sagang Kategori Buku Pilihan (2010), peraih Anugerah Pemangku Prestasi Seni (2012) dari Disbudpar Provinsi Riau. Puisi-puisinya terjalin dalam beberapa antologi karya pilihan harian Riau Pos, antologi "Setanggi Junjungan" (FAM Publishing, 2016), antologi puisi HPI "Menderas sampai ke Siak" (2017), dan "Mufakat Air" (2017). Selain itu, puisinya juga terangkum dalam antologi penyair Riau-Malaysia ”Dara dan Azab” (2017). Karya-karyanya dimuat di berbagai media massa.
Bercermin ke Finlandia
Oleh Musa Ismail
Seperti halnya suksesi kepemimpinan, pendidikan di suatu negara juga sering menjadi buah bibir. Persoalan pendidikan yang sering menjadi buah bibir berkaitan dengan mutu (kualitas): bermutu atau tidak bermutu, tinggi atau rendah, berkompetensi atau tidak, dan berdaya saing atau tidak. Sistem pendidikan negara kita telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan sistem pendidikan kita pun sangat berkaitan dengan siapa pembuat kebijakan. Sistem pendidikan suatu negara akan berdampak pada kualitas wajah pendidikannya. Pada kesempatan ini, mari kita belajar dari Finlandia.
Saat ini, dunia pendidikan Finlandia menjadi buah bibir dunia. Finlandia menjadi negara terbaik di dunia dalam memanajemen dunia pendidikannya. Negara kecil ini memegang rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di dunia dalam hal membaca, matematika, dan sains. Kenyataan itulah yang tercatat dalam tes PISA (Programme for International Student Assessment). PISA adalah asesmen terstandarisasi secara internasional yang dikembangkan bersama dengan keterlibatan ekonomi dan diperuntukkan untuk siswa sekolah usia 15 tahun. Akhirnya, semua mengakui sistem pendidikan Finlandia merupakan sistem terbaik karena kebijakan-kebijakan pendidikan konsisten selama lebih dari 40 tahun walaupun pembuat kebijakan terjadi pergantian.
Situs Wikipidia menjelaskan, pendidikan di Finlandia dikenal sebagai sistem pendidikan terbaik di seluruh dunia. Sejak hasil ujian internasional Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) keluar pada tahun 2000, Finlandia mendapat perhatian khusus dari seluruh dunia. Remaja Finlandia berhasil menempati peringkat pertama bersama dengan Korea Selatan dan Jepang. Pada hasil tersebut, Finlandia menempati peringkat pertama di Literasi Membaca, keempat di Matematika, dan ketiga di Ilmu Alam. Pendidikan berkualitas tersebut bergantung banyak pada kualitas jajaran pendidiknya yang diberikan kebebasan penuh dalam meramu kurikulum dan menentukan metode dan materi belajar-mengajar. Keberhasilan tersebut telah menarik sekitar 100 delegasidari 40-45 negara di seluruh dunia untuk mengunjungi Kementerian Pendidikan Finlandia pada masa 2005-2011 dan mempelajari kunci sukses sistem pendidikan disana. Finlandia juga telah melakukan ekspor sistem pendidikannya ke negara-negara lain. Sistem pendidikan di Finlandia tidak memberlakukan pemeringkatan institusi pendidikan dan merupakan sistem inklusifdimana semua siswa dianggap setara dalam haknya untuk mendapatkan pendidikan. Karenanya, tidak ada pembagian kelas menurut kompetensi akademis maupun bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Tahun pelajaran sekolah dimulai pada bulan Agustus dan berakhir di bulan Juni dengan total 190 hari sekolah. Murid bersekolah lima hari dalam seminggu dengan jumlah pelajaran berkisar antara 19-30 per minggunya, tergantung dari tingkat pembelajaran serta jumlah kelas pilihan yang diambil.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak semudah membalikkan badan atau menoleh ke samping. Finlandia bukanlah negara yang langsung jadi dalam membangun dunia pendidikannya. Dengan berbagai upaya, Finlandia akhirnya menemukan konsep implementasi super untuk rakyat dan negaranya. Apa konsep tersebut sehingga dunia pendidikan negara ini patut menjadi bahan ibrah bagi kita? Mari kita cermati konsep tersebut!
[1] Setiap keluarga diberikan paket ibu (maternity package) yang berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah, dan bayi. Alasannya, PAUD adalah tahap belajar pertama dan paling kritis dalam belajar sepanjang hayat. Sebesar 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85% pertumbuhan otak berkembang sebelum anak masuk SD (7 tahun).
[2] Mendorong kegemaran membaca aktif. Dalam hal ini, Finlandia menerbitkan lebih banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia.
[3] Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode, dan buku teks.
[4] Pembelajaran di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki.
[5] Belajar aktif diterapkan guru yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari sepuluh lulusan terbaik dari universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur.
[6] Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanya untuk ujian masuk (matriculation examination) perguruan tinggi.
[7] Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana untuk sekolah negeri.
[8] Memberikan hak kemandirian kepada guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
Salah satunya dimana setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia kuasai.
[9] Finlandia juga tidak menerapkan ujian semester apalagi ujian nasional.
Evaluasi belajar secara nasional dilakukan tanpa ada intervensi pemerintah.
10] Sekolah tidak membebani siswa untuk hal-hal yang kurang bermutu atau mengurangi kreativitas seorang anak setelah meninggalkan rumah sekolah. Tugas (PR), les tambahan, dan bimbingan belajar tidak diprogramkan untuk siswanya.
[11] Anak harus berusia 7 tahun untuk bersekolah.
[12] Tidak ada kelas-kelas atau sekolah unggulan sehingga terjadi penyamarataan.
[13] Lebih fokus pada pengembangan sekolah menengah kejuruan.
[14] Durasi istirahat siswa SD sebanyak 75 menit per hati di sekolah.
[15] Guru hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam kelas dan mengambil 2 jam seminggu untuk pengembangan profesional.
Apa yang dilakukan Finlandia terhadap pendidikan rakyatnya merupakan konsep sederhana. Konsep-konsep tersebut bukanlah sesuatu yang istimewa. Inti dari konsep pendidikannya, yaitu mengurangi intervensi dan pemberian beban, baik kepada guru maupun siswanya. Selain itu, sistem manajemen sekolah pun menjadi perhatian terpenting dalam kemajuan pendidikan. Konsep-konsep pendidikan seperti ini, meskipun sederhana, tetapi akan menjadi sangat ampuh jika dilaksanakan secara konsisten. Konsistensi inilah yang menjadikan Finlandia sebagai negara yang disegani dalam sistem pendidikannya. Semoga menjadi ibrah untuk kita (diramu dari berbagai sumber).***
*) Musa Ismail adalah sastrawan, penulis, dosen STAIN Bengkalis, dan ASN di Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis. Setakad ini karyanya antara buku kumpulan cerpen Sebuah Kesaksian (2002), buku esai budaya-sastra Membela Marwah Melayu (2007), novel Tangisan Batang Pudu (2008), buku kumpulan cerpen Tuan Presiden, Keranda, dan Kapal Sabut (2009), buku kumpulan cerpen Hikayat Kampung Asap (2010), novel Lautan Rindu (2010), buku kumpulan cerpen Surga yang Terkunci (2015). Dia juga peraih Anugerah Sagang Kategori Buku Pilihan (2010), peraih Anugerah Pemangku Prestasi Seni (2012) dari Disbudpar Provinsi Riau. Puisi-puisinya terjalin dalam beberapa antologi karya pilihan harian Riau Pos, antologi "Setanggi Junjungan" (FAM Publishing, 2016), antologi puisi HPI "Menderas sampai ke Siak" (2017), dan "Mufakat Air" (2017). Selain itu, puisinya juga terangkum dalam antologi penyair Riau-Malaysia ”Dara dan Azab” (2017). Karya-karyanya dimuat di berbagai media massa.
Tulis Komentar